Bloggerbanyumas.com – Asal Usul Banyuwangi Cerita Rakyat Jawa Timur Setelah beberapa hari berperang, kerajaan Klungkung mengalami kekalahan oleh kerajaan Blambangan yang dipimpin oleh Prabu Menak Prakoso. Putra dan putri raja Klungkung yaitu Raden Rupaksa dan Putri Surati berhasil selamat. Mereka melarikan diri ke dalam hutan sebelum perang berkecamuk. Ditengah pelariannya, sang kakak memilih berpisah.
Hal ini bertujuan untuk mengecoh pasukan Blambangan. Setelah kerajaan Klungkung tunduk, Prabu Menak Prakoso memerintahkan putranya Raden Banterang sementara waktu untuk memimpin Blambangan, karena sang prabu akan tinggal di Klungkung untuk beberapa saat. Raden Banterang
sangat menyukai berburu kijang. Suatu hari berangkatlah dia menuju hutan dengan ditemani pengawal. Setibanya dihutan nampak seekor kijang yang sedang mencari makan. Mengetahui sedang diburu, kijang itu langsung melesat berlari kedalam hutan. Melihat itu pun, Raden Banterang dengan sigap mengejarnya, tanpa disadari dia telah terpisah dengan pengawal.
Dan akhirnya tersesat. Diapun berhenti sejenak dan memutuskan untuk berisitirahat ditepi telaga. Dikala menikmati istirahatnya, tiba-tiba… muncul seorang gadis cantik dari balik pohon. Dia nampak kelelahan seperti dikejar oleh sesuatu. Tertegun akan kecantikannya Raden Banterang berkenalan
dengan gadis tersebut. Gadis itu bernama Surati, akan tetapi dia enggan menjelaskan berasal dari mana dan siapa orang tuanya. Karena Surati curiga pada Raden Banterang yang mengenakan pakaian bangsawan. Setelah beberapa hari tinggal ditempat itu, tumbuh rasa cinta diantara keduanya.
Raden Banterang memutuskan mengajak dan membawa pulang Surati menuju Blambangan untuk menikahinya. Setelah berjalan menyusuri lebatnya hutan mereka berhasil bertemu dengan prajurit yang sengaja disebar untuk mencari keberadaan Raden Banterang. Beberapa hari setelah kepulangan
Raden Banterang, kerajaan menggelar pernikahan untuk keduanya. Seluruh rakyat menyambutnya dengan suka cita. meskipun pada awalnya sang Raja Blambangan, Prabu Menak Prakoso tidak setuju dengan pernikahan ini. karena asal usul Surati yang tidak jelas. Kehidupan Surati setelah menikah penuh dengan kebahagiaan.
Asal Usul Banyuwangi Cerita Rakyat Jawa Timur
Sikapnya yang ramah membuat rakyat Blambangan menyukainya. Ketika Surati asik berbincang dengan seorang penjual. Seseorang memanggil namanya. “ Surati…! Heiii Surati ! “ Pria itu tampak lusuh dan mendekati Surati. “ Siapakah engkau? “ “ Kau tidak mengenaliku ?” “ Suara itu,,, Kakak Rupaksa ?
Syukurlah kakak selamat.” “ Iya. Aku selamat. Ku dengar kau telah menikah ? Dari raut wajahmu kau sungguh bahagia, apa kau sudah tau siapa orang yang telah menewaskan ayah kita.” “ Iyaa aku tau !” “ Semudah itu kau menjawab ? Padahal raja Blambanganl yang melakukanya. Kau malah hidup bahagia dengan anaknya.” “ Sejak sebelum pernikahan aku sudah mengetahui semuanya.
Aku ikhlas menerima takdir ini.” “ Tidak Surati !!! Kita harus membalas dendam atas apa yang mereka lakukan dahulu. Ikutlah denganku mari kita habisi Raden Banterang.” Surati bersikukuh menolak ajakan sang kakak dan berusaha menyadarkannya agar tidak menyimpan dendam. Karena
balas dendam tidak akan pernah menyelesaikan masalah. Selain itu, Surati tidak mungkin menghianati suaminya. Seakan tersadar dan tidak mungkin memaksa adiknya lebih jauh lagi, Rupaksa mengurungkan niat dan memberikan ikat kepala dari kerajaan Klungkung sebagai kenang-kenangan.
Serta menyuruhnya menyimpan dibawah bantal agar selalu ingat darimana Surati berasal. Kemudian Rupaksa pun pergi meninggalkan Surati. Setibanya di dalam kamar, Surati menatap ikat kepala itu. Dia ingin menceritakan rahasia yang selama ini dipendam kepada suaminya. Namun Raden
Banterang belum kembali dari berburu. Ditengah hutan belantara, Raden Banterang beristirahat disela berburu. Dia merasakan seperti ada seseorang yang mengikutinya. Mengetahui itu, Raden Banterang mencoba menangkap serta bertanya tujuan orang asing itu. Rupaksa yang telah tertangkap basah mengaku sebagai warga Blambangan yang ingin bertemu dan menyampaikan sesuatu kepada Raden Banterang.
“ Maaf raden atas kelancangan hamba, hamba ingin memberitahu jika istri raden telah berselingkuh. “ “ Hah… ! Jaga mulutmu itu, Surati adalah wanita baik-baik tidak mungkin dia berbuat seperti itu di belakangku !” “ Saya berani bersumpah ! Istri raden beberapa kali bertemu dengan seorang pemuda.
Saya melihatnya dengan mata kepala saya sendiri. “ “ Bagaimana bisa engkau dengan mudah menyimpulkan kalau itu adalah perselingkuhan ? “ “ Saya mendengar percakapan mereka. Dari percakapan itu, tergambar jelas mereka saling menyukai. Pemuda itu memberikan ikat kepalanya sebagai bukti cintanya kepada istri raden. Saya pun mendengar kalau ikat kepala itu disimpan dibawah bantal.
Raden bisa melihatnya sendiri nanti. “ Raden Banterang marah karena istrinya difitnah. Dia mengancam jika itu semua tidak terbukti maka Banterang akan mengejarnya dan menghukumnya. “ Silahkan cari dan hukum saya raden, akan tetapi ada yang lebih gawat. Mereka berdua juga merencanakan pembalasan dendam. Asal raden tahu, istri raden adalah putri dari kerajaan
Klungkung yang dulu kalah perang. “ Mustahil… !! “ “ Sungguh saya tidak berbohong raden ! Ikat kepala yang disimpan itu adalah lambang dari kerajaan Klungkung. “ Sambil menahan emosi, Raden Banterang bergegas pulang untuk menemui Surati. Dia ingin segera membuktikan semuanya. Dan
pemuda lusuh itupun dibiarkan pergi. ” Rasakan pembalasanku, sudah sepantasnya kau merasakan apa yang aku rasakan selama ini Banterang !! “ Sesampainya dikerajaan, Raden Banterang langsung menuju kamar. Surati pun menyambutnya dengan senyum, namun Banterang tidak menghiraukannya.
Dia segera mencari ikat kepala yang dimaksud pemuda lusuh itu. Benda itu benar-benar ditemukan dibawah bantal Surati. Seketika amarah Raden Banterang memuncak. Dia membuka jati diri istrinya yang selama ini ternyata adalah putri raja Klungkung. Banterang sangat kecewa kenapa Surati tidak
jujur sedari awal. Ikat kepala itu membuktikan bahwa Surati telah berselingkuh dengan seorang pemuda dan merencanakan pembalasan dendam. Dihadapan sang suami, Suratih hanya bisa diam. Dia mengakui bahwa dirinya memang putri raja Klungkung. Dia juga mengaku telah bertemu dengan pemuda beberapa waktu lalu tetapi dia bersumpah tidak berselingkuh dengan pemuda yang dimaksud.
Ikat kepala itu berasal dari Rupaksa sang kakak Surati, yang tak sengaja bertemu beberapa waktu lalu. Tak ada orang yang dicintainya selain Raden Banterang. Demi cintanya Surati rela melupakan dendam kekalahan sang ayah.
Setelah mendengar penuturan Surati, kemarahan Raden Banterang semakin menjadi-jadi. Dia telah termakan api cemburu. Banterang memaksa surati dan membawanya menuju telaga tempat awal mereka berjumpa. Tidak ada sedikitpun rasa takut tergambar diwajah Surati. Yang ada hanya ketabahan jiwa kepada Raden Banterang yang sedari tadi terdiam seribu bahasa. Surati kembali
menyatakan bahwa dia tidak pernah mendua dan tidak ada niatan untuk membalas dendam. Meski sudah dijelaskan panjang lebar Raden Banterang tidak menghiraukanya. Kini seluruh benaknya telah dikuasai iblis. Bahkan penunggu telaga itu juga ikut membisikan kata-kata yang meracuni pikiran. “ Sungguh bodoh dirimu Banterang ! Kau telah menikahi musuhmu sendiri, Sekarang kau habisi dia ! Tenggelamkan dia ke dalam telaga.
“ Raden banterang pun terpengaruh, tangannya mengambil keris. Seketika Surati tersadar kenapa dibawa ke telaga itu. Sang suami ingin menghapus kenangannya ditempat mereka pertama kali bertemu. “ Aku tidak mau mati ditanganmu. karena sama saja mengakui bahwa aku yang bersalah !
Aku bersedia menyerahkan jiwa ini. Agar tanganmu tak belumur dosa. akan tetapi, dengar dulu permintaan ku untuk terakhir kalinya. “ “ Apa itu ? “ “Aku sendiri yang akan masuk telaga ini ! Jika aku mati dan air telaga berubah menjadi keruh serta berbau maka engkau benar, tapi jika air berubah menjadi jernih dan menyebarkan aroma wangi maka akulah yang benar. “ Surati kemudian menceburkan dirinya ke dalam telaga. Tiba-tiba Raden Banterang tersentak.
Iblis keluar begitu saja dari tubuhnya, Banterang langsung menjatuhkan kerisnya. Dia tersadar dan ingin melarang Surati, akan tertapi semua sudah terlambat. Sang istri telah tenggelam kedasar telaga. Seketika itu dia terdiam. Air telaga menjadi semakin jernih dan perlahan tercium semerbak harum.
Kini Banterang sangat menyesal. Semua yang dituduhkannya kepada Surati selama ini adalah salah. Surati tidak pernah menghianatinya. Raden Banterang tetap ditepi telaga. Dia pun terus bergumam ” Banyuwangi” ” Banyune Wangi” ” Banyuwangi ” Raden Banterang terus mengucapkannya bahkan berhari-hari ditempat itu. Hingga prajurit Blambangan menemukannya. Akan tetapi Raden Banterang tidak mengenali mereka. Seakan tak memiliki ingatan kecuali kata ” Banyuwangi”.
Disclamer:
Penulis adalah seorang pemerhati pendidikan anak-anak di indoneisa. Semua tulisan dan isi dalam website bloggerbanyumas.com ini adalah dirangkum, diambil, di copy dari berbagai sumber di dunia internet. Tulisan dan konten yang terdapat dalam website ini BUKAN hak cipta dari penulis bloggerbanyumas.com. Jika ada tulisan atau isi konten yang tidak sesuai dan melanggar hak cipta, silahkan hubungi penulis agar segera dihapus. Terima Kasih. jangan lupa share ke yang lain yah semoga bisa menghibur dan menambah wawasan.