KISAH ABU NAWAS MURKA KEPADA ULAMA PEMIMPIN PONDOK YANG SESAT

KISAH ABU NAWAS MURKA KEPADA ULAMA PEMIMPIN PONDOK YANG SESAT 1

KISAH ABU NAWAS MURKA KEPADA ULAMA PEMIMPIN PONDOK YANG SESAT

KISAH ABU NAWAS MURKA KEPADA ULAMA Assalamualaikum semuanya semoga Allah
senantiasa memberikan keberkahan kepada
kita semuanya amin ya robbal alaminPada suatu hari ada seseorang yang
mengaku dirinya sebagai ulama dia adalah
Syekh Faqih Al Fadhil Cara
penyampaiannya yang mudah dipahami
membuat masyarakat tertarik dengan
keilmuan Syekh Faqih padahal apa yang
disampaikan sering tidak sesuai dengan
ajaran Islam dan ilmu agamanya terbilang
cetek tapi karena pintar bermain
kata-kata membuat dirinya terkesan
pintar di mata masyarakat
semakin hari semakin banyak masyarakat
yang mengunjungi majelis pengajiannya
hingga Pada suatu hari Abu Nawas
penasaran dengan sosok ulama baru
tersebut Ia pun berangkat menuju majelis
tempat safaqih mengajar
Sesampainya di sana tampak orang-orang
sudah berkumpul sedang mendengarkan
tausiyah syafaki Abu Nawas 
KISAH ABU NAWAS MURKA KEPADA ULAMA
KISAH ABU NAWAS MURKA KEPADA ULAMA
 
pun lalu
mengambil tempat duduk di tengah-tengah
para jamaah dengan penuh semangat Syekh
Faqih berceramah di hadapan para
jamaahnya
wahai jamaah sekalian sesungguhnya
manusia adalah paksaan bukan atas
pilihan iblis itu terbuat dari api
Bagaimana mungkin dia bisa sakit dibakar
dengan api Padahal kedua-duanya sama
berasal dari api dan mengenai surga dan
neraka saya kira itu tidak ada karena
tidak bisa dilihat dan tidak bisa
dirasakan kata syafakih di dalam
ceramahnya
seketika Hal itu membuat Abu Nawas
terperanjat tak kuasa menahan emosi Abu
Nawas segera bangkit dan melemparkan
batu bata tepat mengenai kepalanya
akibatnya Syekh Faqih merasa kesakitan
dan kepalanya menjadi lebam dan memar
tak terima dengan perlakuan Abu Nawas
chef Fakih datang ke istana 
 
 
 
dan mengadu
kepada Baginda Raja ia minta supaya Abu
Nawas dihukum berat
Panggil Abu Nawas kemari aku ingin
dengar apa alasannya Dia berbuat seperti
itu perintah Baginda Raja kepada para
pengawal maka Pergilah beberapa pengawal
untuk menjemput Abu Nawas di rumahnya
singkat cerita datanglah Abu Nawas ke
istana menghadap Baginda Raja
Abu Nawas Apa yang membuatmu sampai
menyakiti Syekh Faqih kegilaan Apa yang
kau buat sampai-sampai kau berbuat 

KISAH ABU NAWAS MURKA KEPADA ULAMA PEMIMPIN PONDOK YANG SESAT

kesalahan sebesar ini tanya Baginda Raja
kepada Abu Nawas
ampun Paduka yang mulia Sesungguhnya
orang ini telah berkata di hadapan
jamaahnya katanya neraka tidak bisa
menyakiti iblis karena sama-sama terbuat
dari api dan ia juga mengatakan katanya
tidak ada surga dan neraka karena tidak
bisa dilihat ataupun dirasakan dan
dikatakannya lagi katanya manusia adalah
atas paksaan bukan atas pilihan kata Abu
Nawas Apa benar kau mengatakan itu tanya
Baginda Raja kepada Syafei
benar Paduka yang mulia Saya tidak
mengingkarinya karena sesungguhnya hal
itu berdasarkan dari pengetahuan dan
kenyataan jawab Syekh Faqih
kau dengar sendiri kan Abu Nawas Dia
adalah orang alim dan cerdas tapi kau
malah menyakiti dia ujar Baginda Raja
tapi Paduka saya kan hanya menerapkan
sesuai dengan tiga pernyataan yang dia
sampaikan begini saja Paduka Izinkan
saya bertanya kepada syafakih agar
Paduka bisa memutuskan Apakah saya
bersalah ataukah tidak minta Abu Nawas
Baginda Raja pun mempersilahkan
permintaan Abu Nawas
wahai Faqih Bukankah kamu mengatakan
iblis tak mungkin merasakan sakit
dibakar api neraka karena keduanya
sama-
 
 
 
sama berasal dari api aku
melemparmu dengan batu bata itu terbuat
dari tanah liat sedangkan Allah
menciptakanmu juga berasal dari tanah
liat bagaimana mungkin kau bisa
merasakan sakit padahal kalian berdua
sama-sama terbuat dari tanah liat tanya
Abu Nawas
Tentu saja aku merasakan sakit apa Kau
tidak lihat Kepalaku jadi lebam dan
memar karena sakit yang aku alami jawab
Syekh Faqih
sakit apa kau merasakan sakit tanya Abu
Nawas memastikan
ya sakitlah tentu saja sakit sekali
sampai tadi malam saya tidak bisa tidur
karena rasa sakit ini jawab Syekh
kalau begitu Coba perlihatkan rasa sakit
itu tanya Abu Nawas kembali
bagaimana mungkin rasa sakit itu tidak
bisa dilihat balas saya Faqih
Oh begitu selama rasa sakit itu tidak
bisa diperlihatkan maka itu adalah
sesuatu yang tidak ada berarti rasa
sakit yang kau alami hanyalah omong
kosong sama halnya 
 
 
 
pernyataanmu tentang
neraka dan surga kau bilang keduanya
tidak ada karena tidak bisa dilihat dan
tidak bisa dirasakan ujar Abu Nawas
dan mengenai perbuatanku melemparimu
dengan batu bata itu semata-mata hanya
menerapkan apa yang kau katakan kau
bilang manusia hidup atas paksaan bukan
atas pilihan maka tidak ada dosa dan
kesalahan bagi orang yang dipaksa dan
perbuatanku ini atas dasar paksaan bukan
atas pilihan kalaulah aku bisa memilih
tentu aku akan memilih untuk diam tapi
karena menurut pendapatmu manusia adalah
atas paksaan maka aku terpaksa melempar
batu bata Di kepalamu tutur Abu Nawas
lebih lanjut
mendengar pembelaan Abu Nawas sang ulama
gadungan tak bisa berkata apa-apa dan
tak berani mendebatnya sementara Baginda
Raja memuji kecerdasan Abu Nawas Baginda
Raja juga menasehati chef Faqih supaya
belajar ilmu agama yang benar
Jangan hanya bermodalkan pintar bermain
kata-kata 
 
 
 
cerita berikutnya
suatu ketika saat di tengah keramaian
pasar tiba-tiba ada dua orang pedagang
terlibat pertikaian karena keduanya
tidak ada yang mengalah akhirnya
terjadilah aksi kekerasan
orang-orang yang ada di pasar segera
melerai dan berusaha mendamaikannya
kebetulan saat itu Abu Nawas sedang
berada di pasar melihat ada keributan Ia
pun segera menghampirinya Ada apa ini
apa yang terjadi tanya Abu Nawas
dua orang ini terlibat cocok Tuan Abu
jawab Salah satu warga
begini saja kita selesaikan masalah ini
di rumahku kata Abu Nawas menyarankan
maka para warga membawa kedua orang
tersebut ke rumah Abu Nawas
Sesampainya di sana Abu Nawas lalu
menanyai satu persatu kedua orang yang
sedang berseteru
katakan apa masalahnya tanya Abu Nawas
kepada orang 
 
 
 
pertama
Awalnya kami hanya cekcok Tuan abu tapi
orang ini malah menggigit telingaku
jawabnya sambil menunjukkan Telinganya
yang berdarah saya menuntut qisas Tuan
Abu atau ganti rugi dengan membayarku 10
Dinar kata orang pertama melanjutkan
namun pengaduan tersebut dibantah oleh
orang kedua
itu fitnah Tuan Abu saya sama sekali
tidak menggigitnya dia menggigitnya
sendiri protes orang kedua
Apakah masing-masing kalian punya saksi
untuk membenarkan pendapat kalian atau
barangkali diantara para warga ada yang
melihat kejadiannya tanya Abu Nawas
kembali
kedua orang tersebut hanya terdiam
Begitu juga dengan para warga karena
waktu itu kejadiannya begitu cepat
sehingga tak ada orang yang sempat
melihatnya Abu Nawas terpaksa menunda
kasus tersebut untuk beberapa saat
saya akan memutuskan siapa Diantara
Kalian berdua yang salah tapi Sebelumnya
saya minta waktu Sebentar ucap Abu Nawas
Di sana ia menghabiskan waktu setengah
jam hanya untuk berusaha menggigit
telinganya sendiri Abu Nawas berusaha
mati-matian melakukannya yang justru
membuat dirinya jatuh terpelanting ke
tanah akibatnya keningnya lecet dan
berdarah Ia pun merasa kesal dan emosi
tidak lama setelah itu Abu Nawas kembali
menemui kedua orang yang bertikai Coba
periksa orang yang telinganya digigit
Apakah keningnya lecet dan berdarah atau
tidak kalau peningnya lecet berarti dia
melakukannya sendiri Tapi kalau tidak
berarti orang satunya yang melakukan dan
orang yang digigit harus mendapat ganti
rugi 10 Dinar dan kasus ditutup perintah
Abu Nawas
salah satu warga berkata Tuan Abu 
 
 
 
ini
kan perkara mudah tapi kenapa Anda lama
memutuskan pakai acara masuk kamar
segala padahal suatu hal yang mustahil
Bila seseorang bisa menggigit telinganya
sendiri
tapi dengan santainya Abu Nawas menjawab
karena aku ingin membuktikan dan
ternyata memang tidak mudah sampai aku
terjatuh hingga keningku lecet dan
berdarah orang-orang yang hadir hanya
bisa geleng-geleng kepala mendengarnya
dan setelah kasus ditutup Mereka pun
pergi meninggalkan rumah Abu Nawas
cerita berikutnya
Pada suatu hari Baginda Raja menyuruh
para menterinya untuk berkumpul di
istana Setelah semua berkumpul maka
diadakanlah rapat Mereka terlihat serius
membicarakan tentang keamanan negara
termasuk membahas kondisi ekonomi
rakyatnya
berapa rakyat kita yang masih hidup
dalam kemiskinan tanya Baginda Raja
kepada sang menteri
sang menteri 
 
 
 
lalu memberikan data daftar
rakyat miskin yang sudah dicatatnya
setelah melihat daftar tersebut Baginda
Raja kemudian memberi perintah
Saya ingin rakyat miskin yang ada dalam
daftar ini besok segera diberikan
bantuan titah Baginda Raja
baik Paduka yang mulia jawab sang
menteri lalu berapa rakyat kita yang
matanya buta tanya Baginda Raja kembali
ampun Paduka yang mulia saya belum
sempat mendatanya Kalau tidak salah ada
lebih dari 20 orang besok saat saya
memberikan bantuan untuk rakyat miskin
sekalian saya akan mendata rakyat yang
matanya buta Paduka jawab sang menteri
jangan dulu saya ada ide untuk mengerjai
Abu Nawas Saya ingin tugas ini Abu Nawas
yang melaksanakannya ujar Baginda Raja
maka beberapa pengawal kerajaan
diperintah Baginda Raja untuk memanggil
Abu Nawas singkat cerita datanglah Abu
Nawas ke istana menghadap Baginda Raja
ampun Paduka yang mulia ada gerangan apa
Paduka memanggil saya tanya Abu Nawas
saya ada tugas penting untuk kamu Abu
Nawas jawab Baginda Raja
daulat Paduka yang mulia kiranya tugas
apakah yang akan Paduka berikan kepada
saya tanya Abu Nawas kembali
Saya ingin kamu mendata dan mencatat
Berapa jumlah rakyat saya yang matanya
buta titah Baginda Raja
siap 
 
 
 
Paduka yang mulia Minggu depan saya
akan memberikan hasil laporannya balas
Abu Nawas
minggu depan itu terlalu lama Abu Nawas
Saya ingin kamu melaporkannya besok
kalau kamu sampai salah menghitung
jumlahnya maka kamu akan saya hukum
timbal Baginda Raja
seketika Abu Nawas langsung
mengernyitkan dahinya sebab itu adalah
tugas yang mustahil mana mungkin dalam
waktu sehari ia bisa melakukannya
mengingat Kota Baghdad wilayahnya sangat
luas tapi mau tak mau karena ini sudah
jadi titah Baginda Abu Nawas terpaksa
harus melaksanakannya
Baiklah Paduka Besok saya akan
melaporkan Berapa jumlah orang buta di
kota Baghdad ucap Abu Nawas maka Abu
Nawas pun mohon pamit untuk pulang ke
rumah
sesampainya di rumah Abu Nawas terus 
 
 
 
memutar otak mencari solusi untuk
menyelesaikan tugasnya malam pun tiba
namun Abu Nawas belum juga menemukan
jawabannya ia sampai tak bisa tidur
semalaman hingga azan subuh berkumandang
Lebih baik aku salat dulu soal tugas
Baginda gampang dipikirkan nanti ujar
Abu Nawas dalam hati Ia pun berangkat ke
masjid untuk menunaikan salat subuh
sepulangnya dari masjid di tengah jalan
ia melihat ada pelepah kurma yang besar
di saat itulah muncul ide cemerlang pada
diri Abu Nawas segera saja ia menarik
pelepah kurma yang besar tersebut untuk
dibawa menuju ke istana
saat berjalan menuju istana ia sengaja
berjalan melewati keramaian kota supaya
jadi perhatian orang-orang
maka heboh lah segenap warga Baghdad
banyak yang heran dengan tingkah Abu
Nawas ini
hei Abu Nawas Apa yang kau bawa itu
tanya salah satu warga
apa Kamu buta ini pelepah kurma jawab
Abu Nawas
Iya aku tahu maksudku untuk apa sih kau
membawanya seperti tidak ada kerjaan
saja balas orang tersebut Namun Abu
Nawas tak menghiraukannya Ia terus
melanjutkan perjalanan menuju istana di
setiap tempat yang ia lalui Abu Nawas
kerap kali mendapatkan pertanyaan yang
sama
Hai Abu Nawas Apa yang kau bawa itu
tanya seseorang dengan nada 
 
 
meledek Abu
Nawas hanya diam saja Ia terus saja
melanjutkan perjalanannya hingga
akhirnya sampailah Ia di depan gerbang
istana prajurit penjaga gerbang istana
juga heran dengan tingkah Abu Nawas ini
Hei Abu Nawas Apa yang kau bawa tanya
prajurit penjaga gerbang istana
apa Kamu buta ini pelepah kurma jawab
Abu Nawas sampaikan kepada Baginda kalau
Abu Nawas sudah datang untuk menghadap
kata Abu Nawas melanjutkan
si prajurit lalu masuk ke dalam istana
dan melaporkan kepada Baginda Raja
tentang kedatangan Abu Nawas
biarkan dia masuk tidak Baginda Raja
kepada si prajurit maka masuklah Abu
Nawas dengan membawa pelepah kurmanya
yang besar melihat tingkah Abu Nawas
yang aneh ini Baginda Raja juga bertanya
dengan pertanyaan yang sama 
 
 
 
Hai Abu Nawas Apa yang kau bawa itu
tanya Baginda Raja
mendapat pertanyaan dari Baginda Raja
Abu Nawas tidak menjawabnya ia malah
mengalihkan pembicaraan
Paduka yang mulia saya sudah tahu berapa
jumlah orang buta yang ada di negeri
Paduka ucap Abu Nawas Berapa jumlahnya
tanya Baginda Raja
Jumlahnya ada 57 termasuk Paduka yang
mulia jawab Abu Nawas
termasuk saya Kenapa saya masuk hitungan
orang yang matanya buta tanya Baginda
Raja heran
begini Paduka tadi waktu saya berjalan
menuju istana di sepanjang perjalanan
banyak orang bertanya kepada saya Hai
Abu Nawas Apa yang kau bawa warga yang
bertanya Jumlahnya ada 55 lalu prajurit
penjaga gerbang istana juga bertanya
yang sama jumlahnya bertambah menjadi 56
dan barusan Paduka juga ikut-ikutan
bertanya dengan apa yang saya bawa jadi
total semuanya ada 57 orang mereka
inilah orang-orang yang buta kata Abu
Nawas menjelaskan
loh Memangnya kenapa Ada yang salah
dengan pertanyaan saya tanya Baginda
Raja sama sekali tidak salah Paduka tapi
apakah Paduka tidak melihat apa yang
saya bawa ini kan pelepah kurma Paduka
bentuknya juga besar Masa tidak
kelihatan Kenapa masih saja bertanya
berarti Paduka matanya buta jelas Abu
Nawas
Iya saya tahu maksud saya untuk apa kau
membawanya tanya Baginda Raja untuk
menghitung jumlah orang buta Paduka
dengan pelepah kurma ini saya tak perlu
repot menghitung jumlah orang yang
matanya buta jawab Abu Nawas enteng
mendengar itu Baginda Raja pun tertawa
Ia pun memuji kecerdikan Abu Nawas
[Musik]
cerita berikutnya
dikisahkan ada seorang sufi yang
terkenal akan sifat bijaknya setiap kali
Ia memutuskan suatu masalah selalu
dipikirkannya matang-
 
 
matang bahkan untuk
berbicara pun ia senantiasa berhati-hati
Jangan sampai ada kata-kata yang membuat
sakit hati lawan bicaranya
sang Sufi ini kurang setuju dengan cara
pikir Abu Nawas ketika menyelesaikan
permasalahan ia menganggap Apa yang
dilakukan Abu Nawas meskipun tujuannya
baik tapi ada saja pihak yang tersakiti
hatinya dan ini sangat berlawanan dengan
cara pikir sang Sufi
suatu hari Baginda Raja mendengar
tentang sosok sang sufi yang bijak ini
beliau sangat tertarik dan ingin
mengangkatnya sebagai penasehat istana
maka diajaklah Abu Nawas untuk menemani
Baginda Raja menemui Sufi tersebut
singkat cerita sampailah mereka berdua
di rumah sang Sufi saat itu hujan turun
begitu derasnya sehingga suasana terasa
dingin lalu sang Sufi mengajak
tamu-tamunya duduk di sebelah api unggun
di dalam rumahnya untuk menghangatkan
badan
dihadapan sang Sufi Baginda Raja meminta
petuah tentang bagaimana seharusnya
sikap seorang raja lalu sang Sufi
memberi beberapa nasehat
meskipun Paduka adalah raja yang adil
tapi padukan juga harus menjaga lisan
saat bertutur kata kalau Paduka hendak
membicarakan sesuatu pakai dahulu otak 

KISAH ABU NAWAS MURKA KEPADA ULAMA PEMIMPIN PONDOK YANG SESAT

Paduka pikirkan dengan matang setelah
itu baru katakan dengan kalimat yang
baik dan benar batasan Sufi menuturkan
mendengar itu Baginda Raja sangat
terkesan dengan pribadi sang sufi yang
selalu berhati-hati di setiap tindak
lagunya
di sela-sela obrolannya yang serius
tiba-tiba Abu Nawas terjelek
Tuan Sufi Aku ingin mengatakan sesuatu
Bolehkah
sesaat sang Sufi menatap tajam ke arah
Abu Nawas pasti dia akan berkata yang
menjebak saya tapi aku sudah siapkan
jawaban justru Ini saat yang tepat untuk
menasehatinya pikir sang Sufi kalau
menyangkut kebenaran silahkan katakan
saja jangan gunakan lisan untuk berkata
yang tidak ada gunanya dan sebelum kau
berkata berhati-hatilah Gunakan kalimat
yang benar dan baik Agar lawan bicaramu
tidak sampai sakit hati kata Sang Sufi
menasehati
tentu saja Tuan ini menyangkut suatu
kebenaran ujar Abu Nawas bagus Silahkan
Apa yang ingin kau katakan ucap sang
Sufi aku melihat ada benda berwarna
merah mendekati baju Tuan kata Abu Nawas
memberitahu
benda warna merah maksudnya tanya sang
Sufi
benda warna 
 
 
merah yang apabila dipegang
sangat panas jawab Abu Nawas benda apa
itu tanya sang Sufi kembali
sepertinya sepercik api unggun mulai
membakar jubah Tuan jawab Abu Nawas
seketika itu sang Sufi melihat jubah
yang sebagian sudah hangus terbakar
Kenapa kamu tidak segera beritahu jangan
berkata bertele-tele seperti itu kata
Sang Sufi merasa geram
loh ini kan sesuai dengan nasehat Tuan
Aku Harus berpikir dulu sebelum
mengatakannya Aku tak ingin Tuan sampai
sakit hati mendengarnya balas Abu Nawas
cengengesan sang Sufi segera melepaskan
jubahnya dan memadamkan api yang
menempel sementara Baginda Raja spontan
tertawa melihat tingkah Abu Nawas ini
sampai di sini dulu perjumpaan kita
Semoga anda terhibur wassalamualaikum
warahmatullahi wabarakatuh
Baca juga  ABU NAWAS LAWAN JENDRAL VETERAN

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *