Pria Pemabuk Pezina Ini Jasadnya Dishalatkan Sultan
Pria Pemabuk Pezina Ini Jasadnya Dishalatkan Sultan Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh sobat ilmu yang dimuliakan Allah semoga kita selalu dalam keadaan sehat walafiat Amin ya robbal alamin Umar Bin Khattab diangkat menjadi seorang khalifah setelah menggantikan Abu Bakar As Siddiq radhiallahu Anhu artinya beliau adalah khalifah kedua dan Umar Bin Khattab
dikenal sangat tegas dalam menentang kezaliman Ia juga terkenal di rakyatnya seorang Amirul Mukminin yang sangat adil Umar Bin Khattab adalah contoh dari karakteristik pemimpin yang luar biasa Pada suatu hari di masa kekhalifahan Umar Bin Khattab ketika itu di Arab terjadi paceklik Arab Tengah dilanda musim kemarau yang lebih panjang dari biasanya
tanaman banyak yang mati karena tanah menjadi tandus peristiwa ini disebut dengan tahun abu ketika terjadi tahun Abu banyak kebun yang gagal panen dan hewan ternak banyak juga yang mati Hal ini tentu saja mempengaruhi perekonomian negeri Arab ketika itu bahkan ketika itu banyak masyarakat yang kehabisan stok makanannya di rumahnya Pada suatu hari Umar Bin Khattab sedang
Pria Pemabuk Pezina Ini Jasadnya Dishalatkan Sultan
berkeliling di suatu perkampungan terpencil di sekitaran Madinah beliau mengajak sahabatnya yang bernama Aslam mereka berdua berjalan menyusuri jalan-jalan di perkampungan itu dengan maksud melihat kondisi masyarakat di tengah paceklik seperti ini Khalifah Umar ini teman-teman tidak berjalan layaknya
raja-raja pada umumnya yang berjalan bersama dengan pasukannya dengan hewan tunggangan yang mewah Umar dan Aslam ketika itu hanya berjalan layaknya masyarakat biasa tak terlihat bahwasanya Umar adalah seorang Amirul Mukminin nah ketika mereka berdua sedang berjalan melewati sebuah tenda yang terbuat dari kain lusuh di perkampungan tersebut Umar dan Aslam
sempat menghentikan langkahnya karena mereka berdua mendengar tangisan gadis kecil di dalam tenda lusuh itu kemudian Umar mengajak Islam mendekati tenda tersebut ia ingin memastikan Apakah penghuninya membutuhkan bantuan dari kejauhan Mereka melihat ada seorang ibu yang sedang duduk di depan perapian sedang mengaduk-aduk sebuah bejana dan mereka pikir Ibu ini
sedang memasak makanan kemudian mereka mendekat dan mengucapkan salam lalu Khalifah Umar meminta izin untuk mendekat ke rumah si Ibu ini setelah diperbolehkan oleh sang ibu Khalifah Umar duduk mendekat dan mulai bertanya apa yang sedang terjadi Siapa yang menangis di dalam itu lalu ibu ini menjawab dengan
nada yang agak Ketus Ibu ini bilang itu yang menangis anakku kemudian Khalifah Umar bertanya lagi kenapa anak-anakmu menangis Apakah mereka sakit mereka tidak sakit mereka hanya kelaparan jawab ibu itu dengan nada yang masih Ketus mendengar jawaban ini Khalifah Umar pun sempat
terdiam dan berpikir Khalifah Umar dan Aslam masih terduduk di tempat semula cukup lama dan selama mereka duduk anak itu terdengar terus menangis tanpa henti sementara ibunya terus saja mengaduk-aduk masakan di dalam pancinya dan hal ini membuat Khalifah Umar penasaran kira-kira
Ibu ini sedang masak apa dan Kenapa belum matang juga masakannya Padahal dia sudah lama mengaduk-aduk masakannya maka karena penasaran Khalifah Umar pun bertanya Bolehkah kiranya ku tahu kau sedang memasak apa mengapa sedari tadi masakanmu tidak matang juga lalu Ibu itu
menjawab dengan nada yang Ketus Ibu ini bilang kau lihat saja sendiri ke dalam panci ini kemudian Khalifah Umar dan Aslam mendekat dan menengok ke dalam panci untuk melihat apa yang sedang dimasak Ibu ini dan betapa
terkejutnya Mereka ternyata ibu ini Tengah memasak batu kemudian Khalifah Umar dengan nada keheranan bertanya Wahai ibu Apakah engkau sedang memasak batu lalu ibu ini menjawab iya sedari tadi aku memasak batu-batu ini untuk menghibur anak-anakku inilah kejahatan Raja kita Umar Bin Khattab dia tidak mau melihat ke bawah Apakah kebutuhan rakyatnya sudah terpenuhi atau belum
mendengar perkataan Ibu ini Khalifah Umar sempat terdiam dan Aslan pun ingin menegur karena orang yang diajak bicara di depannya adalah Khalifah Umar namun Aslam ditahan Khalifah Umar untuk tetap duduk dan tidak memberitahu hal itu kepada Ibu ini rupanya teman-teman Ibu ini tidak mengetahui bahwasanya orang yang mengobrol dengannya ini adalah Amirul Mukminin Umar Bin Khattab kemudian ibu ini melanjutkan perkataannya dia bilang Lihatlah kondisi kami Tuan kami
sangat miskin Aku adalah seorang janda Sejak pagi tadi aku dan anak-anakku belum makan apapun jadi aku menyuruh anak-anakku untuk berpuasa dengan harapan ketika di waktu berbuka nanti kami mendapatkan makanan tapi kenyataannya tidak Tuan ketika waktu Maghrib dan sudah tiba saatnya berbuka puasa kami masih belum mendapatkan makanan dan bahkan sampai hari menjelang malam
pun makanan belum ada jadi anak-anakku terpaksa tidur dengan perut yang kosong kemudian aku mengumpulkan batu-batu kecil ini lalu ku masukkan ke dalam panci dan ku isi air dan ku masak batu-batu ini dengan
maksud untuk membohongi anak-anakku supaya mereka tertidur lelap sampai besok pagi tapi ternyata tidak Tuan mungkin karena sangking laparnya sebentar-sebentar mereka terbangun dan menangis meminta makanan [Musik] tapi apa dayaku Tuan aku hanya rakyat kecil sungguh Umar Bin Khattab tak pantas menjadi pemimpin dia tidak mampu menjamin kebutuhan rakyatnya
mendengar perkataan Ibu ini Khalifah Umar sampai meneteskan air matanya karena begitu sedihnya kisah keluarga ini lalu Khalifah Umar berpamitan dengan ibu ini dan segera pergi ke Madinah menuju Baitul Mal maka sesampainya Khalifah Umar dan Aslam di Baitul Mal Khalifah Umar langsung
mengambil sekarung gandum dan langsung diletakkan di pundaknya kemudian tanpa beristirahat karena mungkin kelelahan di perjalanan Khalifah Umar dan Aslam langsung pergi menuju tenda Ibu tersebut dengan membawa sekarung gandum yang berada di punggung Khalifah Umar kemudian Aslam berkata wahai Amirul
Pria Pemabuk Pezina Ini Jasadnya Dishalatkan Sultan
Mukminin biarlah aku saja yang memikul karung gandum itu untukmu Asla merasa tak tega melihat rajanya yang sudah terlihat kelelahan memikul sekarung gandum sementara itu tak eloklah ia melihat seorang raja kaum muslimin memikul gandum seperti itu namun Khalifah Umar berkata
Wahai Aslam jangan jerumuskan aku ke dalam neraka dengan kau yang menggantikanku memikul beban sekarung gandum ini Memangnya kau mau memikul beban di pundakku ini di Hari pembalasan kelak mendengar perkataan ini Aslam pun tertunduk dan terdiam kemudian sambil terseok-seok Khalifah Umar berjalan dengan beban sekarung gandum di punggungnya ini mereka berjalan menuju
tenda si Ibu tadi [Musik] teman-temanku seiman setelah Khalifah Umar dan Aslam sampai di rumah Ibu itu dengan membawa sekarung gandum kemudian Khalifah Umar menyuruh Aslam untuk membantu ibu itu menyiapkan makanan sementara itu Khalifah Umar sendiri yang memasak gandum tersebut untuk makan mereka pada malam itu dan setelah masakannya matang ibu dan anak-anaknya
ini pun makan dengan lahapnya Khalifah Umar yang melihat mereka bisa makan akhirnya hatinya merasa senang dan tenang setelah makanan habis Khalifah Umar berpamitan pulang dan berkata Wahai ibu besok temuilah Amirul Mukminin dan engkau bisa temui aku juga di sana berkatalah yang baik-baik insya Allah Amirul Mukminin akan mencukupimu kemudian Khalifah Umar dan Aslam pun pergi
meninggalkan Ibu tersebut keesokan harinya Ibu ini berangkat menemui Amirul Mukminin dan betapa terkejutnya Ibu ini ternyata Orang yang membawakan gandum dan memasak makanan semalam itu adalah Amirul Mukminin kemudian ibu ini berkata dengan nada penuh penyesalan wahai Amirul Mukminin aku mohon maaf kemarin aku telah menyumpahi engkau dengan kata-kata zalim
karena aku bersalah silahkan hukum aku lalu Khalifah Umar berkata Wahai ibu engkau tidak bersalah justru aku yang salah aku berdosa telah membiarkan seorang ibu dan anak-anaknya kelaparan di wilayah kekuasaanku maka Bagaimana aku mempertanggungjawabkan ini semua di hadapan Allah
Wahai ibu Maafkanlah Aku Lihatlah teman-teman begitu takutnya Khalifah Umar kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas tanggung jawabnya Sebagai seorang pemimpin seorang pemimpin
yang baik pasti setiap hari akan dihantui rasa takut bilamana rakyatnya ada yang kelaparan Seperti kisah Ibu ini dan anak-anaknya semoga pemimpin-pemimpin bangsa ini bisa mencontoh Khalifah Umar seorang hamba yang senantiasa takut akan siksa yang pedih dari Allah subhanahu wa ta’ala Jadi itulah kisah tentang Khalifah Umar Bin Khattab dan Ibu yang memasak batu semoga Kisah ini
bermanfaat lebih dan kurangnya Mohon dimaafkan yang benar datangnya dari Allah subhanahu wa ta’ala khilaf atau keliru itu datangnya dari saya pribadi sebagai manusia biasa Sampai ketemu di kisah-kisah seru yang penuh makna selanjutnya saya akhiri wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh