Kisah Cinta Ali dan Fatimah Binti Rasulallah | Pernah Ditawari Mahar Rp 60 Milyar Tapi Ditolak
Bloggerbanyumas.com – Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh sobat Jazirah ilmu yang dimuliakan Allah semoga kita selalu dalam keadaan sehat walafiat Amin ya robbal alamin artikel sebelumnya kita pernah membahas kisah cinta putri dari rasulullah yang bernama Zainab dengan suaminya yang bernama Abu Al Ash IBN Robbi kisah cinta keduanya menjadi menarik karena adanya
perbedaan agama nah kali ini kisah yang akan diceritakan tidak akan kalah menarik karena kisah cinta dua anak manusia ini sangat dramatis dan memiliki banyak hikmah kisahnya begini teman-teman Ali Bin Abi Thalib adalah sepupu dan salah satu sahabat yang paling istimewa di mata Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam Sayyidina Ali tinggal bersama Rasulullah dan beliau merupakan seorang ksatria gagah perkasa beliau mengikuti semua
perang kecuali Perang Tabuk dan tak diragukan lagi sosok Sayyidina Ali adalah sosok laki-laki sebenarnya [Musik] Sayyidina Ali dilahirkan dari seorang ibu bernama Fatimah binti asap dimana asap adalah anak dari Hasyim sehingga menjadikan Ali sebagai sepupu Nabi Shallallahu Alaihi
Wasallam ketika Sayyidina Ali lahir ke dunia Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam sangat bahagia karena beliau tidak punya anak laki-laki keluarga Abi Thalib pun memberi kesempatan kepada Nabi Shallallahu alaihi wasallam bersama Khadijah untuk mengasuh Sayyidina Ali dan menjadikannya sebagai Putra angkat Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam pun dengan senang hati menerima ahli di
keluarganya karena ayahnya Sayyidina Ali yaitu Abi Thalib adalah orang yang mengurus Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam sedari kecil hingga beliau dewasa sementara itu Fatimah az-zahra adalah putri Nabi Shallallahu alaihi wasallam yang sangat taat dan paling disayang oleh ayahnya Fatimah selalu berada di samping ayahnya dalam setiap kisah perjuangan agama Islam di tengah kafir Quraisy Ali dan Fatimah adalah kedua orang
Kisah Cinta Ali dan Fatimah Binti Rasulallah | Pernah Ditawari Mahar Rp 60 Milyar Tapi Ditolak
yang sangat disayangi oleh Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam Sayyidina Ali dan Saidah Fatimah bersahabat sejak mereka kecil sejak Fatimah masih kanak-kanak Sayyidina Ali sudah memperhatikan kesalehan dan tingkah lakunya Pada suatu hari ketika Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam pulang ke
rumahnya dengan kondisi berdarah dan kepalanya berlumuran isi perut unta sambil menangis sedih Saidah Fatimah membersihkan luka ayahnya dengan perlahan dan penuh cinta Fatimah merasa sakit hatinya sang ayah tak pantas diperlakukan seperti ini oleh kaumnya maka ketika itu Fatimah yang masih kecil bangkit dan berjalan menuju Ka’bah di sana ada para pemuka Quraisy yang saling
tertawa dan seolah membanggakan tindakan mereka kepada sang nabi tiba-tiba mereka dicekam diam tak berkata karena Saidah Fatimah menghardik mereka dan seolah-olah ketika itu waktu terasa berhenti tidak memberi mulut-mulut jalang itu berkata-kata lagi Sayyidina Ali Bin Abi Thalib yang melihatnya
pun tak tahu apakah rasa yang ada di hatinya ketika itu yang melihat Saidah Fatimah membela nabi itu disebut dengan cinta sobat Jazirah ilmu yang dimuliakan Allah ketika telah tumbuh dewasa Sayyidina Ali adalah pemuda yang miskin Ia hanya tinggal di sebuah gubuk reot yang sangat kecil di dalamnya pun tak ada harta apa-apa hanya ada pedang Baju besi dan beberapa tepung kasar untuk
membuat roti kendaraannya pun hanya unta yang sudah sangat tua Pada suatu hari ada berita yang membuat Ali tersentak tersebar sebuah kabar bahwasanya Fatimah dilamar oleh orang lain bahkan orang yang melamar Fatimah ini bukanlah orang biasa dia adalah orang yang paling akrab dan paling dekat kedudukannya dengan sang Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam laki-laki yang melamar
Fatimah adalah lelaki yang iman dan akhlaknya Tidak diragukan lagi Bahkan dia adalah orang yang membela Islam sejak awal-awal risalah kenabian maka tak heran teman-teman jika laki-laki ini punya kedudukan tinggi di sisi Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam dialah Abu Bakar As Siddiq radhiallahu Anhu Sayyidina Ali berpikir siapalah aku dibanding Abu Bakar As Siddiq Lihatlah betapa
hebatnya Abu Bakar As Siddiq berdakwah dan lihatlah Berapa banyak tokoh bangsawan dan saudagar Mekah yang Islam di tangannya Abdurrahman bin Auf Utsman bin Affan Thaha Zubair dan saat bin Abi waqqash sedangkan aku Ali Bin Abi Thalib semasa kanak-kanak kurang pergaulan dan lihatlah
lagi berapa banyak budak muslim dan kaum fakir yang dibebaskan dan dibela oleh Abu Bakar As Siddiq radhiallahu Anhu Bilal habab keluarga Yasir dan Abdullah IBN Mas’ud Sedangkan aku tak sanggup
melakukan itu Kemudian dari sisi ekonomi Abu Bakar As Siddiq adalah seorang saudagar dan insya Allah beliau lebih bisa membahagiakan Fatimah sedangkan aku Ali Bin Abi Thalib hanyalah pemuda Arab miskin yang berasal dari keluarga miskin kemudian Ali berkata aku mengutamakan Abu Bakar
atas diriku aku mengutamakan kebahagiaan Fatimah atas cintaku teman-temanku seiman ternyata Allah Subhanahu Wa Ta’ala berkehendak lain lamaran dari Abu Bakar As Siddiq ditolak Fatimah dan Rasulullah berita ini membuat semangat ahli tumbuh kembali untuk mempersiapkan diri menyambut Fatimah tapi teman-teman setelah Sayyidina Ali sedang berproses memantaskan diri rupanya cobaan
itu masih belum selesai ada lelaki lain yang mencoba melamar Fatimah laki-laki ini pun tak kalah hebatnya dengan Abu Bakar datanglah seorang laki-laki menemui Rasulullah untuk melamar Fatimah beliau adalah laki-laki Sholeh yang gagah perkasa dan beliau adalah tokoh yang sejak beliau masuk Islam menjadikan kaum mukminin berani untuk unjuk gigi laki-laki ini merupakan figur yang
membuat syaiton lari melihatnya dan membuat musuh-musuh Allah dari golongan manusia bertekuk lutut di hadapannya dan tak hanya itu beliau juga punya kedudukan yang tinggi di sisi Rasulullah yaitu Umar Ibnu Khattab radhiyallahu anhu Umar memang belakangan masuk Islam jika dibandingkan Ali dan Abu
Bakar tapi Siapa yang tidak tahu kalau Umar adalah sosok di balik pembakarnya semangat kaum muslimin sejak beliau masuk Islam dan siapa kalau bukan Umar yang memberikan pembelaan Dahsyat kepada Rasulullah dan kaum muslimin jika direndahkan oleh kaum kafirin dan sekali lagi Ali Mencoba untuk ikhlas dan merelakan Fatimah untuk Umar Bin Khattab namun kemudian Ali pun
semakin bingung lantaran lamaran dari Umar pun ditolak Fatimah dan Rasulullah tak sampai di situ salah seorang sahabat Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam yaitu Abdurrahman bin Auf yang merupakan salah satu orang paling kaya raya di Arab datang menemui Rasulullah dengan maksud melamar
Fatimah Abdul Rohman membawa 100 ekor unta Mesir bermata biru dan uang 10.000 mungkin jika ditotalkan jumlahnya sekitar 60 miliar rupiah namun lagi-lagi Fatimah dan Rasulullah pun menolak lamaran dari Abdurrahman bin Auf teman-temanku seiman akan tetapi kekhawatiran Sayyidina Ali belum berakhir sampai di sini karena ternyata sahabat yang lain pun melamar sang Azzahra Usman
bin Affan pun memberanikan dirinya melamar Sang Putri kesayangan Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam dengan mahar seperti yang dibawa oleh Abdurrahman bin Auf hanya ia menegaskan kembali bahwa
kedudukannya lebih mulia dibanding dengan Abdurrahman bin Auf karena ia telah lebih dahulu masuk Islam dan tak disangka-sangka dan tidak diduga-duga Ternyata Fatimah dan Rasulullah juga menolak lamaran dari Usman bin Affan ini 4 sahabat sudah memberanikan diri menghadap Rasulullah untuk melamar Fatimah namun mereka semuanya ditolak oleh Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam Pada
suatu hari ketika Sayyidina Ali sedang bersama sahabat-sahabat ansornya salah seorang sahabat ansornya berkata Wahai Sahabatku Ali Mengapa bukan engkau saja yang mencoba melamar Fatimah aku punya firasat bahwasanya Engkaulah yang selama ini ditunggu-tunggu Baginda Nabi kemudian Ali menjawab siapa aku lalu mereka berkata iya engkau wahai saudaraku dan Ali menjawab wahai
sahabatku seperti yang kalian tahu aku hanyalah Pemuda miskin tidak ada yang bisa Akuan kemudian sahabat-sahabatnya pun berusaha untuk menguatkan Ali tak ada salahnya engkau mencoba wahai saudaraku kami di belakangmu lantas Ali pun berpikir Tidak ada salahnya juga ia mencoba dan menyampaikan maksud hatinya kepada Fatimah dan Rasulullah Shallallahu Alaihi
Wasallam dan Pada suatu hari Sayyidina Ali datang menemui Baginda Nabi dengan maksud untuk melamar Putri kesayangannya ketika Ali sudah berhadapan dengan Baginda Nabi saat itu Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam berkata Wahai Putra Abi
Thalib apa yang engkau inginkan namun teman-teman ketika itu Sayyidina Ali malah diam saja beliau sangat gugup hingga tak keluar sepatah kata pun dari mulutnya kemudian Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam mempertegas pertanyaannya wahai Ali engkau Ada perlu apa datang ke sini Ali tetap diam saja seolah-olah lidahnya beku dan mulutnya menjadi kaku tak keluar sedikitpun perkataan dari
mulut Sayyidina Ali ketika itu kemudian Rasulullah bertanya lagi wahai Ali Apakah engkau ke sini hendak melamar Fatimah sejenak Ali terdiam dan dengan suara bergetar Ali menjawab Iya Rasulullah Aku hendak meminang Fatimah lalu Rasulullah pergi meninggalkan Ali kemudian menemui Fatimah beliau hendak bertanya apakah Fatimah mau menerima lamaran dari Ali ketika ditanya Fatimah hanya diam
saja dan Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam menyimpulkan bahwa diamnya Fatimah pertanda kesetujuannya lalu Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam kembali mendatangi Ali dan bersabda wahai Ali Apakah engkau memiliki sesuatu yang bisa engkau jadikan sebagai mahar Sayyidina Ali senang
bukan kepalang mengetahui bahwasanya lamarannya diterima Ali tak menyangka bahwasanya Fatimah dan Baginda Nabi menerimanya yang padahal Ali telah pasrah dan menerima jika hari itu lamarannya ditolak Sayyidina Ali menjawab orang tuaku menjadi penebusnya untukmu Ya Rasulullah selama ini tak ada yang kusembunyikan darimu aku hanya memiliki seekor unta untuk membantuku
menyiram tanaman kemudian ada sebuah pedang dan sebuah baju zirah dari besi sambil tersenyum Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda wahai Ali tidak mungkin engkau terpisah dengan pedangmu karena dengannya engkau membela diri dari musuh-musuh Allah subhanahu wa ta’ala dan tidak mungkin juga engkau berpisah dengan untamu karena ia engkau butuhkan untuk membantumu mengairi tanamanmu aku terima mahar baju besimu juallah dan jadikan sebagai mahar untuk putriku
wahai Ali engkau wajib bergembira sebab Allah Subhanahu Wa Ta’ala sebenarnya sudah lebih dahulu menikahkan engkau di langit sebelum aku menikahkan engkau di bumi hadits yang diriwayatkan oleh Ummu Salamah radhiyallahu anhu sobat Jazirah ilmu yang dimuliakan Allah kemudian Sayyidina Ali
menjual baju besi tersebut dengan harga 400 dirham kemudian menyerahkan uang hasil penjualannya kepada Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam lalu Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam pun langsung membagi uang tersebut ke dalam tiga bagian satu bagian untuk kebutuhan rumah tangga
satu bagian untuk wewangian dan satu bagian lagi dikembalikan kepada Sayyidina Ali sebagai biaya untuk jamuan makan untuk para tamu yang akan menghadiri pesta setelah segala-galanya Siap dengan perasaan puas dan hati gembira dan disaksikan oleh para sahabat nabi Shallallahu Alaihi Wasallam mulailah Sayyidina Ali mengucapkan ijab qobul sebagai pertanda sahnya pernikahan
kemudian Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda Sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Ta’ala memerintahkan aku untuk menikahkan Fatimah putri Khodijah dengan Ali Bin Abi Thalib maka saksikanlah Sesungguhnya aku telah menikahkannya dengan mas kawin 400 dirham dan Ali Ridho menerima mahar tersebut maka sahlah keduanya menjadi suami istri meskipun di dalam hari-hari mereka selalu diarungi di tengah kemiskinan bahkan disebutkan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam sangat terharu dan bangga melihat tangan
Fatimah yang kasar karena harus menepung gandum untuk membantu suaminya dan malam harinya setelah dihalalkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala terjadilah dialog yang sangat menggetarkan dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa suatu hari setelah keduanya menikah Fatimah berkata kepada Ali wahai suamiku maafkanlah aku karena sebelum menikah denganmu aku pernah merasakan satu kali merasakan jatuh cinta kepada seorang pemuda dan aku ingin menikah dengannya Sayyidina Ali pun
bertanya siapakah pemuda itu Wahai istriku Mengapa engkau tidak menikah dengannya sambil tersenyum Fatimah pun menjawab pemuda itu adalah dirimu Subhanallah itu adalah pujian terbaik dari seorang istri yang bisa membahagiakan hati suaminya mencintai dalam diam kuat dan mengikhlaskan dan yakin bahwa allah subhanahu wa ta’ala selalu memberikan yang terbaik walaupun
Ali Bin Abi Thalib tidak memiliki ekonomi yang sempurna tapi komitmennya sempurna sehingga Allah Subhanahu Wa Ta’ala mempermudah jalannya Itulah cinta dalam diam cinta yang selalu berlandaskan oleh ketaatan yang diutamakan adalah cinta yang besar kepada Allah dan rasulnya ada
beberapa hikmah dari kisah cinta mereka ketika Ali merasa belum siap untuk melangkah lebih jauh dengan Fatimah maka Ali mencintai Fatimah dalam diam karena diam adalah salah satu bukti cinta pada seseorang dengan Diam
berarti memuliakan kesucian diri dan hati sendiri dan orang yang dicintai sebab jika diungkapkan tapi belum siap untuk mengikat ikatan Suci bisa terjerumus ke dalam maksiat biarlah cinta dalam diam menjadi hal yang sangat indah yang bersemayam di sudut hati dan menjadi rahasia antara hati
sendiri dan Allah sang Maha Penguasa Hati Yakinlah bahwa Allah yang Maha Mengetahui para hambanya yang menjaga hatinya Allah juga telah mempersiapkan imbalan bagi para penjaga hati imbalan itu tak lain adalah hati yang terjaga semoga kisah ini dapat bermanfaat bagi teman-teman sobat Jazirah ilmu yang merindukan Cinta Suci karenanya yang sedang berikhtiar sekuat hatinya dan
yang saat ini menanti dengan sabar demi menyambut Jalan cinta yang Allah subhanahu wa ta’ala ridhoi amin [Musik] wallahualam bissawab Jadi itulah kisah tentang cinta dalam diam Ali dan Fatimah semoga Kisah ini bermanfaat lebih dan kurangnya Mohon dimaafkan yang benar datangnya dari Allah
subhanahu wa ta’ala khilaf atau keliru itu datangnya dari saya pribadi sebagai manusia biasa Sampai ketemu di kisah-kisah seru yang penuh makna selanjutnya saya akhiri wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh