Legenda Si Pahit Lidah | Cerita Rakyat Sumatera Selatan

Legenda Si Pahit Lidah | Cerita Rakyat Sumatera Selatan
Legenda Si Pahit Lidah | Cerita Rakyat Sumatera Selatan

Legenda Si Pahit Lidah | Cerita Rakyat Sumatera Selatan

 Dahulu kala di Sumidang, tinggallah seorang pangeran bernama Serunting. Pada suatu hari dia menikah dengan seorang wanita biasa yang bukan dari kalangan bangsawan bernama Siti. Setelah menikah dia harus tinggal di istana untuk menemani sang suami. Walaupun tinggal di istana yang megah nan mewah akan tetapi Siti sering terlihat murung. “ Adinda, akhir-akhir ini engkau sering terlihat murung ! Apa yang mengganjal di hatimu saat ini ?” “ Kakanda, aku memikirkan nasib adiku, Aria Tebing. Dia tinggal seorang diri, setelah kepergian ayah dan ibu.” “ Oh ternyata itu yang selama ini membuatmu murung. Bagaimana jika kita ajak saja Aria Tebing tinggal disini ?” “ Bolehkah kakanda ? Terima kasih banyak, dia pasti akan senang bisa tinggal disini.” Pangeran Serunting dan Siti pergi mengunjungi sang adik di desa. “ Bagaimana keputusanmu Aria ?” “ Dari pada kamu tinggal disini sendirian, Tinggallah di istana bersama kami !” “ Benar apa yang dikatakan kakakmu itu, dengan begitu kau tak perlu repot-repot bekerja !”

Legenda Si Pahit Lidah | Cerita Rakyat Sumatera Selatan 1

“ Maaf kak. Aku sangat menghargai tawaran kalian. Akan tetapi aku lebih suka di sini. Untuk mengurus lahan peninggalan, orang tua kita. “ “ Aku cukup heran dengan keputusan adikmu dinda .” “ Tapi jika memang keputusannya. Mau bagaimana lagi kakanda !” “ Kakak tak usah khawatir. Aku pasti baik baik saja. Owhhh iyaa mungkin kak Serunting mau melihat lihat kebun di belakang rumah ?” “ Tentu saja !” Merekapun menuju ke lahan belakang rumah. “ Nahh kak Siti, ini lahan peninggalan orang tua kita. Sesuai amanat ayah dan ibu. Lahan ini akan kita bagi dua. Setangah untuk kak Siti dan setengahnya lahi untukku .” “ Kebun ini lumayan luas, bagaimana kalo kita tanam batang pohon sebagai pembatas. “ “ Buat apa kanda, biarlah Aria saja yang mengurusnya !” “ Hanya sebagai tanda saja dinda, Agar lebih jelas jika bagian ini milik kita. “ “ Boleh saja, akan kucarikan batang pohon sebagai pembatas.”

Akhirnya di tancapkanlah sebatang pohon sebagai pembatas lahan. Disatu sisi milik Aria Tebing, sementara sisi lainnya milik Siti dan Pangeran Serunting tentunya. Hingga pada suatu hari, terjadi sebuah keajaiban. Dibatang pohon itu tumbuh jamur emas, namun jamur itu hanya tumbuh dibagian batang kayu yang mengarah ke lahan milik Aria Tebing. Sedangkan bagian milik Siti hanya tumbuh jamur biasa. Aria tebing segera memetik jamur tersebut. Dia begitu bahagia melihat jamur emas itu. Setiap pagi dia pergi ke kebun untuk memetik jamur emas miliknya. Lama kelamaan jumlah emas yang diperoleh terkumpul banyak. Aria Tebing menjual jamur itu sehingga kehidupannya kini semakin membaik. Suatu hari Serunting mengikuti Aria Tebing yang hendak pergi ke kebun. Saat ingin memetik jamur emas dia terkejut dengan kehadiran Serunting. “ Hei Aria tebing ! Ternyata selama ini kau mencurangiku !

Kenapa pohon pembatas ini kamu ubah posisinya ?” “ Apa maksud kakanda ?” “ Kau telah sengaja mengubah posisi batang pohon ini, Hingga jamur emas yang seharusnya tumbuh kearah kebunku malah tumbuh kearah kebunmu !” “ Itu tak benar Kakanda. Aku tak pernah melakukannya. Untuk apa juga aku melakukannya ! Lagi pula jika kakanda menginginkan jamur emas ini, aku bisa memberikannya !” “ Semua emas ini seharusnya menjadi miliku, kau tak berhak atas emas itu. Jika kau tak mau memberikan semua emas itu, ayo kita bertarung. Yang menjadi pemenang berhak memilikinya !” Aria Tebing nampak bingung menanggapi tantangan kakak iparnya itu, tentu dia akan kalah. Karena pangeran Serunting merupakan seorang yang sakti dan kuat. “ Baiklah aku terima tantangan kakanda, tapi beri waktu aku dua hari. Untuk berpikir. “ “ Baiklah jika itu maumu. Berlatihlah selama dua hari itu.”

Malamnya Aria Tebing tak bisa tidur nyenyak memikirkan pertarungannya nanti. Tiba-tiba terlintas ide dibenaknya untuk menanyakan kelemahan Pangeran Serunting kepada kakaknya. Keesokan harinya, dia pergi mengendap-endap kerumah sang kakak. Diketuknya pintu jendela kamar Siti. “ Aria ! Mengagetkanku saja ! Kenapa kau tak lewat pintu depan ?” “ Ini rahasia, ada yang ingin kutanyakan pada kakak !” Aria tebing pun menceritakan semua pada kakaknya. Hal ini membuat Siti bimbang, disatu sisi dia ingin menolong adiknya. Namun disisi lain, dia juga tak ingin menghianati sang suami. “ Baiklah. Akan kuberitahu kelemahannya, tapi berjanjilah padaku untuk tidak membun*hnya. “ “ Tentu saja, aku tak akan sampai membun*hnya. “ Akhirnya Siti membuka rahasia kelemahan pangeran Serunting. Hari pertarungan pun tiba, di padang ilalang yang luas Pangeran Serunting berdiri dengan percaya diri tanpa mengetahui bahwa Aria Tebing telah tahu kelemahannya. Pertarungan pun dimulai. Pertarungan berlangsung dengan tidak seimbang. Pangeran serunting terlalu kuat.

Bukan tandingan Aria tebing. Sesuai dugaan, sekejap Aria tebing terpental dan terkapar di antara ilalang. Dalam kesempatan itu dia mengambil ilalang, ternyata ilalang itu bisa bergerak sendiri walaupun tanpa tertiup angin. Dan merupakan kelemahan dari Pangeran Serunting. Di tombakannya ilalang itu, mengarah ke badan pangeran Serunting. Dan mengenai lengannya. Seketika pangeran serunting menjadi lemah. ” Darimana engkau tahu kelemahanku ?” “ Aku tahu dari kak Siti “ “ Sungguh, Istriku telah menghianatiku !” Merasa di khianati istrinya, Pangeran Serunting pun pergi. Dia meninggalkan kampung halamannya dan istananya. Menuju ke gunung si Guntang, dia bermaksud untuk bertapa disana. Setibanya di gunung Siguntang tiba-tiba dia mendengar suara sang Hyang Mahameru. “ Wahai anak muda, maukah kau mendapatkan kesaktian.” “ Ya tentu saja aku mau, wahai Sang Hyang Mahameru. “

“ Akan tetapi ada syaratnya. Kau harus bertapa di bawah pohon bambu. Hingga daun bambu itu menyelimuti tubuhmu. “ Sejenak kemudian Serunting bertapa di bawah pohon bambu dengan Khidmat. Rasa lapar dan segala hal duniawi tak dia hirauakan lagi. Tujuannya hanya satu. yaitu menjadi lebih kuat. Hari berganti hari, hingga tak terasa dua tahun lamanya Serunting telah bertapa. Daun-daun bambu telah menutup seluruh tubuhnya. “ Bangunlah wahai pangeran, kini saatnya kau bangun dari tapamu. Sesuai janjiku. Akan kuturunkan kesaktianku padamu. Karena kau telah berhasil memenuhi syarat yang telah kuberikan padamu.” “ Ampun sang Hyang, kesaktian apa itu ? “ Mulai sekarang, setiap kata yang kau ucapkan akan menjadi sebuah kutukan.

“ Sang pangeran segera mencoba kesaktiannya itu. Dia menunjuk ke arah tanaman tebu. “ Wahai tanaman tebu, Jadilah batu !” Seketika tanaman tebu tersebut berubah menjadi batu. Serunting terkesima dengan kekuatan yang baru saja dia dapatkan. Tak lupa dia mengucapkan terima kasih kepada Sang Hyang Mahameru. Sang Hyang pun berpesan kepada Pangeran Serunting untuk menggunakan kekuatannya dengan bijaksana. Sang Pangeran memutuskan untuk berkelana sebentar sebelum kembali ke kampung halamannya. Ditengah jalan Serunting kembali mencoba kekuatannya yang baru saja dia dapatkan. “Hamparan padi, berubahlah menjadi emas” Tiba-tiba hamparan padi ditengah sawah itu berubah menjadi hamparan emas. Namun serunting tidak mengambilnya. Dia kembali melanjutkan perjalanan. Hingga sampailah disuatu daerah. Dia terdiam melihat tempat itu karena begitu gersang, akhirnya dia menggunakan kekuatannya itu untuk menjadikan tempat tersebut menjadi subur kembali. “Wahai tanah yang tandus dan gersang, Jadilah subur dan menghijau !” Tanah gersang itu kemudian berubah menjadi hamparan hijau nan sejuk. Tanaman tumbuh dengan subur.

“Wahai Sungai kering, keluarkan air jernih dan mengalirlah” Bahkan sungai yang mengering pun mengeluarkan air yang mengalir deras. Pangeran Serunting melanjutkan perjalanannya. Kemudian terhenti sejenak saat menemui pasangan yang sudah lama berkeluarga akan tetapi tak kunjung mempunyai keturunan. Diambilnya sehelai rambut dari sang nenek. Lalu diubahnya rambut tersebut menjadi seorang bayi. “Sehelai rambut, jadilah bayi untuk nenek tua ini” Karena kesaktiannya itu pangeran Serunting dikenal dengan nama Si Pahit lidah. Karena apapun yang dia ucapkan selalu menjadi kenyataan. Setelah pertapaannya selama 2 tahun, Serunting yang awalnya tamak. Kini telah berubah menjadi manusia yang baik hati. Dalam perjalanan pulang dia selalu berbuat baik, dan selalu menolong sesama. Serunting pun akhirnya sampai di kampung halamannya. “ Hei Siti istriku, Aria tebing adikku. Aku kembali !”

“Hah suara itu Kakanda Serunting ?” “Hah Kakak Serunting ?” “ Iya ini aku Serunting. Aku ingin meminta maaf kepada kalian atas perbuatanku dahulu. Karena aku terlalu sombong dan serakah ” “Tentu saja aku sudah memaafkanmu kakak Serunting. Bahkan sedari dulu aku tak membencimu sama sekali.” Serunting yang telah mendapat julukan Si Pahit Lidah tak menaruh dendam kepada Siti dan Adik iparnya Aria Tebing. Mereka bertiga pun hidup bersama dengan rukun. Tidak ada lagi pertengkaran di antara mereka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *